Keutamaan AL-Qur`an
A. Pancaran Keagungan Al Quran
Tiada kitab suci yang lebih hebat dan lebih mulia dibandingkan dengan al Quran. Karena selain sebagai penyempurna bagi kitab-kitab para Rasul terdahulu, al Quran adalah petunjuk bagi umat manusia. Dalam kapasitasnya sebagai kitab suci paling akhir, al Quran merupakan pengokoh bagi kebenaran yang pernah terkandung dalam kitab-kitab suci terdahulu yang berhubungan dengan peribadatan kepada Allah Yang Maha Esa, beriman kepada para Rasul, membenarkan adanya balasan pada hari akhir, keharusan menegakkan hak dan keadilan, berakhlak luhur serta berbudi mulia dan lain-lain.
Allah SWT berfirman:
“Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, Yaitu Kitab-Kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap Kitab-Kitab yang lain itu; Maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, Maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu,” (Q.S. Al Maaidah: 48).
Ajaran-ajaran yang termuat dalam al Quran adalah kalam Allah yang terakhir untuk memberikan petunjuk dan bimbingan yang benar kepada umat manusia, inilah yang dikehendaki oleh Allah SWT supaya tetap sepanjang masa, kekal untuk selama-lamanya. Maka dari itu jagalah kitab al Quran agar tidak dikotori oleh tangan-tangan yang hendak mengotori kesuciannya, hendak mengubah kemurniannya, hendak mengganti isi yang sebenarnya atau pun hendak menyusupkan sesuatu dari luar atau mengurangi kelengkapannya.
Adapun al Quran sebagai petunjuk bisa dipahami sebagai nur yang terang, ibarat penunjuk jalan maka al quran adalah obor yang menerangi dan Rasulullah SAW adalah sang pembawa obor tersebut, yang beliau juga membawa kunci pembuka gerbang Islam yang di dalamnya terdapat cahaya terang benderang dan penuh kemuliaan. Bahkan dalam suatu bahasa pujian yang sangat indah, al Quran dikatakan sebagai hidangan Ilahi (ma`dubatullah) yang di dalamnya tersaji berbagai macam pelajaran penting bagi seluruh umat manusia. Menurut Dr. Quraisy Shihab, fungsi al Quran sebagai hidangan Ilahi yaitu membantu manusia untuk memperdalam pemahaman dan penghayatan tentang islam dan merupakan pelita bagi umat Islam dalam menghadapi berbagai persoalan hidup.
Di lain sisi, keberadaan al Quran dalam Islam juga mempunyai kedudukan yang sangat penting karena ia merupakan mukjizat, tanda bukti kebenaran risalah yang di bawah oleh Rasulullah SAW. Dengan kata lain, al Quran in berperan besar dalam menjalankan tugasnya sebagai kunci masuk Rasulullah SAW menuju medan dakwah yang sangat berat. Dikatakan kunci masuk, karena al Quran sebagai mukjizat mampu melumpuhkan anggapan orang-orang Arab yang meremehkan Rasulullah SAW dan mengatakan kepada beliau bahwa mustahil bagi beliau untuk mengadakan perubahan sempurna pada bangsa Arab. Namun dengan kehadiran al Quran, maka kemustahilan yang dikatakan itu dapat dengan mudah dilalui oleh Rasulullah SAW, bahkan dalam kurun waktu beberapa tahun saja beliau mampu mengajak para petinggi Quraisy seperti Umar Ibn Khattab untuk memeluk Islam dan menjadi pembela Islam yang tangguh.
Ini adalah sebagian kecil kehebatan al Quran yang nampak. Karena yang harus digaris bawahi di sini adalah bahwa al Quran sebagai kalamullah sekaligus mukjizat Rasulullah SAW, pasti mempunyai kehebatan, dan keluarbiasaan yang tiada tandingannya. Segala sesuatu, apapun itu, ketika ia merupakan mukjizat, maka sudah pasti ia luar biasa. Misalnya saja tongkat nabi Musa as yang berubah menjadi ular besar. Ia menjadi luar biasa karena ia berangkat dari kuasa Allah SWT yang telah menetapkannya sebagai mukjizat. Begitu pula halnya dengan al Quran, iapun menjadi luar biasa karena ia berangkat dari kuasa Allah, dan Allah telah menakdirkannya sebagai hujjah, petunjuk, pemberi kabar gembira sekaligus peringatan, kepada manusia seluruh alam. ia menjadi mukjizat karena ia berguna untuk seluruh alam, tidak hanya dikhususkan kepada bangsa Arab semata. Dan dengan memperhatikan kehebatan al Quran yang demikian ini menjadi wajar apabila ia merupakan mukjizat yang tiada seorang-pun mampu menyamai keindahan bahasa dan kedalaman maknannya, sebagaimana firman-Nya dalam al Quran:
“Maka Apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran? kalau kiranya Al Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya.” (Q.S. Al Nisaa: 82).
Dan firman Allah pula:
Katakanlah: “Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al Quran ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan Dia, Sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain”. (Q.S. Al Israa: 88)
Dan firman Allah pula:
“Sesungguhnya telah Kami buatkan bagi manusia dalam Al Quran ini Setiap macam perumpamaan supaya mereka dapat pelajaran.” (Q.S. Az Zumaar: 27).
“dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buat untuk manusia; dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu.”(Q.S. Al `Ankabuut: 43).
Sebagai sebuah mukjizat yang berasal dari Allah, Dzat Yang Maha Kuasa, al Quran turun dengan memperkenalkan dirinya sebagai petunjuk bagi seluruh umat manusia. Setiap petunjuk berarti berfungsi membantu memberikan arah dan pemahaman yang jelas dan benar, karena itu maksud al Quran sebagai petunjuk adalah al Quran berfungsi untuk menunjukkan kepada umat manusia jalan kebenaran, yang di dalamnya penuh dengan keridhaan Tuhan. Dengan pertimbangan inilah, maka kewajiban bagi kita sebagai seorang mukmin muslim, adalah harus mempercayai setiap isi kandungannya adalah berasal dari firman Allah, karena itu pasti memiliki keutamaan yang hebat, luas, dan keutamaan khusus yang tidak dimiliki oleh sesuatu selainnya. Di atas kita telah memahami bahwa al Quran merupakan kitab yang berfungsi sebagai hujjah, petunjuk, pemberi kabar gembira sekaligus peringatan, kepada manusia seluruh alam. Fungsi ini secara jelas dapat kita amati dari beberapa ayat berikut.
Firman Allah SWT:
“Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa.”(Q.S. Al Baqaarah: 2).
Fungsi utama yang ditegaskan pada ayat di atas adalah bahwa al Quran adalah mukjizat yang paling sempurna, tiada keraguan di dalam kandungan, kesempurnaan, dan fungsinya sebagai petunjuk seluruh alam walau harus dipahami bahwa untuk mendapatkan manfaat darinya terlebih dahulu harus mengucapkan ikrar persaksian bahwa Tiada Tuhan Selain Allah dan Muhammad adalah Utusan Allah. Dengan mengucapkan dua kalimat syahadat ini maka seorang mukmin akan mendapatkan petunjuk dari Allah sehingga dirinya punya peluang besar untuk mampu menggapai kedudukan al Quran yang amat tinggi, yang dalam ayat di atas diisyaratkan dengan menggunakan kata “itu”. Sebagian ulama mengatakan bahwa penggunaan kata “itu” mengisyaratkan tingginya derajat al Quran, sedangkan di lain ayat yang menggunakan kata “ini” menunjukkan betapa dekat tuntunan-tuntunannya pada fitrah manusia.
Firman Allah SWT pula :
“dan apabila kamu tidak membawa suatu ayat Al Quran kepada mereka, mereka berkata: “Mengapa tidak kamu buat sendiri ayat itu?” Katakanlah: “Sesungguhnya aku hanya mengikut apa yang diwahyukan dari Tuhanku kepadaku. Al Quran ini adalah bukti-bukti yang nyata dari Tuhanmu, petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.”(Q.S. Al A`raaf: 203).
“dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Quran yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al Quran itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.” (Q.S. Al Baqarah: 23).
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.”(Q.S. Al Nisaa: 59).
“dengan kitab Itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keredhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus.” (Q.S. Al Maaidah: 16).
Dengan memperhatikan al Quran sebagai kalam Ilahi yang demikian hebatnya, tentu sudah seharusnya bagi kita sebagai umat yang percaya terhadapnya memberikan posisi khusus kepadanya. Posisi khusus itu bisa berupa kesadaran batin, bisa berupa sifat, bisa pula berupa sikap atau perilaku dalam kehidupan sehari-hari yang secara nyata dan jelas di dalamnya tercermin isi kandungan al Quran tersebut. Tentunya ini hanya akan dapat terwujud apabila dilandasi dengan kepercayaan. Oleh karena itu, pada bab terdahulu kita menyajikan perlunya membangun pondasi awal keimanan kita dengan senantiasa memperkokoh dan memperteguh makna kandungan dua kalimah syahadat, baik itu secara lisan maupun terapan.
Keagungan al Quran secara ibarat tetesan air yang jatuh ke tanah dan memperciki sekelilingnya, sehingga sekelilingnya ikut terkena dampak keagungannya. Maksud dari analogi ini adalah bahwa keagungan al Quran membawa dampak positif universal bagi orang yang bersedia mengimani, mengamalkan, atau minimal membacanya. Dampak ini bermacam-macam bentuknya, mulai dari perubahan derajat, kondisi kehidupan, atau meningkatnya taraf kehidupan. Ini perubahan yang cenderung dapat diperhatikan dari wujud kongkretnya. Namun dilihat dari sudut perubahan bathiniyah seseorang, perubahan bagi mereka yang bersedia mengamalkannya jauh lebih terasa walau tidak bisa disaksikan secara kasat mata. Perubahan itu dikatakan dalam al Quran berupa ketenangan bathin, kemantapan iman, dan perubahan kualitas akhlak atau budi pekerti. ini membuktikan bahwa keagungan yang dimiliki al Quran adalah sebuah rahmat bagi semesta alam, yang lantaran dengannya alam bisa tetap eksis dengan kualitas yang baik. Allah berfirman mengenai keagungan dan keutamaan al Quran ini:
“dan Sesungguhnya Kami telah mendatangkan sebuah kitab (Al Quran) kepada mereka yang Kami telah menjelaskannya atas dasar pengetahuan Kami; menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (Q.S. Al A`raaf: 52)
Baik Rasulullah SAW maupun al Quran adalah petunjuk. Peran keduanya sebagai petunjuk dapat dipahami sebagai sebuah peran yang saling melengkapi, dimana Rasulullah SAW sebagai seorang insan sempurna yang di dalamnya dipenuhi jiwa keagungan al Quran, atau dengan kata lain Rasulullah SAW adalah al Quran berjalan. Jadi bisa diibaratkan bahwa al Quran adalah akhlak, dan Rasulullah SAW pelaku atau seorang tokoh utama yang memiliki akhlak al Quran tersebut. Dan al Quran dalam fungsi ini memiliki dua kelebihan, yaitu kelebihan untuk memberikan kebaikan pada jiwa seseorang dan kelebihan dalam memikat hati manusia seluruhnya. Lebih jauh lagi penjabaran tentang kelebihannya yang kedua ini, dapat diamati dari segi kehebatan bahasa yang digunakannya, di mana al Quran merupakan kitab suci yang sangat puitis dengan kualitas sastra tinggi (namun bukanlah al Quran itu puisi atau syair), sangat fasih, dan retorik. Bahasanya begitu indah, mempesona, memukau, dan mampu menggetarkan hati setiap makhluk Allah, baik itu berupa jin, maupun manusia, bahkan alam semesta. Mengenai hal ini Mahmud Syaltut telah menjelaskan bahwa keistimewaan al Quran setidaknya menyentuh tiga aspek: pertama, ketelitian dan keindahan redaksinya. Kedua, isyarat-isyarat ilmiahnya. Ketiga, pemberitaan hal gaib masa lalu dan datang yang diungkapkannya.
Allah SWT telah berfirman dalam al Quran:
“kalau Sekiranya Kami turunkan Al-Quran ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan ketakutannya kepada Allah. dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berfikir.” (Q.S. Al Hasyr: 21).
Selain sebagai kitab suci yang penuh keagungan, al Quran berada dalam puncak derajat wahyu, yang berfungsi sebagai penyempurna risalah para Rasul terdahulu. Al Quran juga seagung-agungnya keutamaan, sebagus-bagusnya kelembutan, sesempurnanya misteri, seutama-utamanya kekhususan, pemberi manfaat terbanyak, seindah-indahnya keuntungan, serta tiada akan pernah selesai bagi siapapun untuk menuliskan rahasianya nan ajaib, maknanya yang banyak, fadhilahnya yang teramat banyak, dan keutamaannya yang teramat besar. Bahkan kehebatan al Quran ini apabila ditulis dengan tulisan setebal apapun tidak akan cukup untuk menjabarkan dan menjelaskan kehebatannya. Sebagaimana firman Allah SWT:
“dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering)nya, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Q.S. Luqmaan: 27).
“ Katakanlah: Sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)”. (Q.S. Al Kahfi: 109).
Sungguh, kepala tiba-tiba tertunduk ketika memperhatikan dua ayat agung ini, bahkan seakan-akan tangan enggan meneruskan menulis, karena merasa sangat kecil dan lemah dihadapan al Quran. Baru di hadapan al Quran, semua makhluk bisa terlihat kecil tak berdaya, baru di hadapkan pada al Quran seluruh manusia tidak berkutik dibuatnya, bagaimana nantinya andai manusia telah dihadapkan kepada Rabbnya, sungguh manusia tiada mempunyai kuasa apa-apa. Karena itu sudah menjadi kewajiban bagi setiap muslim yang beriman terhadap wahyu al Quran untuk memuliakan al Quran semulia-mulianya, dan bentuk pemuliaan yang terbaik adalah dengan mengamalkannya.
B. Dalil-Dalil Keutamaan al Quran
• Allah SWT berfirman dalam al Quran:
“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi, agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.” (Q.S. Faathir: 29-30).
• Rasulullah SAW bersabda:
“Sebaik-baik kamu ialah orang yang belajar al Quran dan mengajarkannya.” (Riwayat Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim Al-Bukhari dalam shahihnya).
• Rasulullah SAW bersabda:
“Orang yang membaca al Quran sedangkan dia mahir melakukannya, kelak mendapat tempat di dalam Syurga bersama-sama dengan rasul-rasul yang mulia lagi baik. Sedangkan orang yang membaca al Quran, tetapi dia tidak mahir, membacanya tertegun-tegun dan nampak agak berat lidahnya (belum lancar), dia akan mendapat dua pahala.” (HR. Bukhari dan Abul Husain Muslim bin Al-Hujjaj bin Muslim Al- Qusyaiy An-Nisabury dalam dua kitab Shahih mereka).
• Rasulullah SAW bersabda:
“Perumpamaan orang mukmin yang membaca al Quranadalah seperti buah Utrujjah yang baunya harum dan rasanya enak. Perumpamaan orang mukmin yang tidak membaca al Quranseperti buah kurma yang tidak berbau sedang rasanya enak dan manis. Perumpamaan orang munafik yang membaca al Quran adalah seperti raihanah yang baunya harum sedang rasanya pahit. Dan perumpamaan orang munafik yang tidak membaca al Quranadalah seperti hanzhalah yang tidak berbau sedang rasanya pahit.” (HR. Bukhari & Muslim)
• Rasulullah SAW bersabda:
“Sesunggunya Allah swt mengangkat derajat beberapa golongan manusia dengan kalam ini dan merendahkan derajat golongan lainnya.” (HR. Bukhari & Muslim)
• Rasulullah SAW bersabda:
“Bacalah al Quran karena dia akan datang pada hari Kiamat sebagai juru syafaat bagi pembacanya.” (HR. Muslim)
• Rasulullah SAW bersabda:
“Tidak boleh iri hati, kecuali kepada dua seperti orang: yaitu orang lelaki yang diberi Allah swt pengetahuan tentang al Quran dan diamalkannya sepanjang malam dan siang; dan orang lelaki yang dianugerahi Allah swt harta, kemudian dia menafkahkannya sepanjang malam dan siang.” (HR. Bukhari & Muslim)
• Rasulullah SAW bersabda:
“Barangsiapa membaca satu huruf Kitab Allah, maka dia mendapat pahala satu kebaikan sedangkan satu kebaikan dibalas sepuluh kali lipat. Aku tidak mengatakan Alif Lam Mim satu huruf, tetapi Alif, satu huruf dan Lam satu huruf serta Mim satu huruf.” (HR. Abu Isa Muhammad bin Isa At-Tirmidzi dan katanya: hadits Hasan Shahih)
• Rasulullah SAW bersabda:
“Allah SWT berfirman: Barangsiapa disibukkan dengan mengkaji al Quran dan menyebut nama-Ku, sehingga tidak sempat meminta kepada-KU, maka Aku berikan kepadanya sebiak-baik pemberian yang Aku berikan kepada orangorang yang meminta. Dan keutamaan kalam Allah atas perkataan lainnya adalah seperti, keutamaan Allah atas makhluk-Nya. (HR. Tirmidzi dan katanya: hadits hasan)
• Rasulullah SAW bersabda:
“Dikatakan kepada pembaca al Quran, bacalah dan naiklah serta bacalah dengan tartil seperti engkau membacanya di dunia karena kedudukanmu adalah pada akhir ayat yang engkau baca.” (HR. Abu Dawud, Tirmidzi dan Nasa’I, Tirmidzi berkata, hadits hasan sahaih)
• Rasulullah SAW bersabda:
“Bacalah al Quran karena Allah tidak menyiksa hati yang menghayati al Quran. Dan sesungguhnya al Quran ini adalah jamuan Allah, maka siapa yang masuk di dalamnya, dia pun aman. Dan siapa mencintai al Quran, maka berilah kabar gembira.” (HR. Al Darimi).
• Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya orang yang tidak terdapat dalam rongga badannya sesuatu dari Al-Qur’an adalah seperti rumah yang roboh.” (HR. Tirmidzi dan katanya: hadits hasan sahih)
• Rasulullah SAW bersabda:
“Orang yang terbaik di antara kamu adalah orang yang belajar al Quran dan mengajarkannya.” (Al Hadist).
• Rasulullah SAW bersabda:
“Barangsiapa membaca Al-Qur’an dan mengamalkan isinya, Allah memakaikan pada kedua orang tuanya di hari kiamat suatu mahkota yang sinarnya lebih bagus dari pada sinar matahari di rumah-rumah di dunia. Maka bagaimana tanggapanmu terhadap orang yang mengamalkan ini.” (HR. Abu Dawud)
• Rasulullah SAW bersabda:
“Diriwayatkan dari Abu Musa al Asyari, katanya: Rasulullah saw bersabda: Sesungguhnya termasuk menggagungkan Allah SWT adalah memuliakan orang tua yang muslim dan pengkaji al-Quran yang tidak melampau batas dan tidak menyimpang dari padanya serta memuliakan penguasa yang adil.” (HR. Abu Dawud dan ia hadits hasan)
• Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya Allah mempunyai 2 ahli diantara manusia”. Sahabat bertanya, ”Siapakah mereka itu wahai Rasulullah SAW?”. Beliau menjawab, “Ahli al Quran adalah ahli Allah, dan orang-Nya khusus.” (HR Ahmad dan Ibnu Majah)
• Rasulullah SAW bersabda:
Rasulullah SAW selalu membaca al Quran. Beliau juga suka mendengarkan bacaan dari sahabatnya, khususnya sahabat Ibnu Mas’ud. Beliau berlinang air matanya bila membaca dan mendengarkan bacaan al Quran, seperti yang dikisahkan dalam sebuah hadist dari Ibnu Mas’ud: Suatu ketika Rasulullah SAW meminta Ibnu Mas’ud untuk membacakan al Quran. Ibnu Mas’ud berkata: “Ya Rasulullah, bagaimanakah saya membacakan untukmu, padahal al Quran diturunkan kepadamu?”. Dijawab nabi SAW: “Saya ingin mendengar dari orang lain”. Ibnu Mas’ud berkata, ”Maka saya bacakan surat An Nisa hingga sampai pada ayat “Fa kaifa idzaa ji’na min kulli ummatin bisyahidin waji’na bika ’ala ha’ula’i syahiida” (Bagaimanakah jika Kami telah mendatangkan untuk setiap ummat saksinya dan Kami jadikan engkau sebagai saksi atas semua ummat itu). Nabi bersabda, “Cukuplah sampai di sini”. Saya menoleh melihat nabi SAW sedang bercucuran air mata.“ (HR. Bukhari dan Muslim).
• Rasulullah SAW bersabda:
Dikatakan kepada orang yang berteman dengan al Quran, “Bacalah dan bacalah sekali lagi serta bacalah dengan tartil, seperti yang dilakukan di dunia, karena manzilah-mu terletak di akhir ayat yang engkau baca. “ (HR Tirmidzi)
• Rasulullah SAW bersabda:
“Orang yang paling berhak menjadi imam dari suatu kaum adalah orang yang terpandai membaca Kitab Allah diantara mereka. Jika mereka sama taraf dari segi bacaan. maka yang lebih mengetahuai tentang sunnah.” (HR. Muslim)
• Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya Nabi saw mengumpulkan antara dua orang korban perang Uhud, kemudian berkata, ‘Siapa yang lebih banyak hafal Al-Qur’an di antara keduanya, beliau mendahulukannya masuk ke liang lahat.” (HR. Bukhari)
C. Samudera Al Quran: Samudera Penuh Ketenangan
Membaca dan mendalami makna al Quran merupakan suatu usaha untuk menggali dan menemukan mutiara-mutiara berharga yang terkandung di dalamnya. al Quran itu sendiri merupakan wahyu Allah yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW sebagai seorang Rasulullah melalui malaikat pembawa wahyu (Jibril as). Secara harfiyah, al Quran memiliki arti ‘bacaan sempurna’.
Al Quran adalah sebuah media pemandu paling efektif bagi manusia dalam menelusuri lika-liku kehidupan ini dan untuk menemukan cahaya kebahagiaan yang penting bagi pendukung eksistensinya. Al Quran adalah sumber kemuliaan yang tidak setiap orang paham dan mampu menyelami lautan ilmunya. Siapa pun yang menjadikan al Quran sebagai pegangan dan panduan hidup, maka tidak ada yang akan menjerumuskannya ke lembah kesengsaraan. Di lain sisi al Quran memiliki beberapa kelebihan terutama yang berkaitan dengan gaya bahasanya yang begitu mempesona.
Adalah merupakan sebuah kewajaran bila al Quran dinilai sebagai ‘kekuatan besar’, quwwah taghyiriyah atau kekuatan yang membawa perubahan (changing power) dalam kehidupan manusia.. Sebab al Quran itu sendiri dengan tegas mengatakan:
“Kalau sekiranya Kami turunkan al Quran ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan ketakutannya kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berfikir.”(Al Hasyr:21).
Sayyid Quthb dalam bukunya Keindahan Al quran yang Menakjubkan menyebutkan bahwa daya pesona al Quran sebagian besar terkandung di dalam inti uslub al Quran itu sendiri, bukan pada tema yang diketengahkannya semata, sekalipun kita tidak melupakan daya tarik yang terkandung di dalam ruhaniah aqidah islam dan kejelasannya. Masih menurut beliau, apabila kita menganalisis secara lebih mendalam akan kita temukan di mana kalimat-kalimat yang terkandung di dalamnya merupakan konteks yang tersusun rapi, dan di antara fashilah-fashilahnya terdapat hubungan keserasian yang sangat detail dan lembut.
Ada yang mengatakan, bahwa kehebatan (ijaz) yang dimiliki Al quran adalah Sikap dan gaya penuturan al Quran yang demikian arif dan dialogis dalam menghadapi manusia. Dari sini dapat ditegaskan pula bahwa pada hakekatnya Allah hendak mengatakan bahwa al Quran itu bukan merupakan ciptaan manusia dan tidak bisa ditiru oleh siapapun. Allah SWT berfirman:
“Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang al Quran yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al quran itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.”(Al Baqarah:23).
Menurut S. Qamaruhadi dalam bukunya Membangun Insan Seutuhnya kelebihan al Quran yang sangat terlihat adalah karena di dalamnya terkandung dalil-dalil aksioma (kenyataan yang jelas), dengan tekanan-tekanan yang mantap, sederhana, dan mudah dicapai oleh segala tingkat pemikiran, mulai dari pemikiran yang filosofis sampai kepada cara berpikir orang dusun. Ini tentunya mengindikasikan adanya rahasia-rahasia besar yang masih belum tergali dan terkandung di dalam al Quran itu sendiri. Di lain sisi menurut beliau al Quran tidak pernah mengenal dalil emanasi, yaitu suatu peralihan atau pelimpahan dari dzat Allah kepada makhluk-makhlukNya, sebagaimana yang kita ketahui, sering terdapat pada hinduisme. Dari sini sebenarnya terdapat sebuah pernyataan yang sangat tegas bahwa Allah tidak serupa dengan apapun.
“Sesungguhnya telah Kami turunkan kepada kamu sebuah kitab yang di dalamnya terdapat sebab-sebab kemuliaan bagimu. Maka apakah kamu tiada memahaminya?.” (QS Al Anbiyaa’ :10).
Rasulullah SAW bersabda:
“Barangsiapa membaca satu huruf dari al Quran maka baginya sepuluh kebaikan. Sedangkan satu kebaikan itu dilipat gandakan hingga sepuluh kali. saya tidak mengatakan alif laam mim itu satu huruf, tetapi alif itu satu huruf, lam itu satu huruf dan mim juga satu huruf.” (HR. Tirmidzi).
Hadist di atas secara jelas memberikan sebuah pemahaman kepada kita bahwa seluruh komponen dalam al Quran mampu memberikan manfaat, atau katakanlah memberikan nilai lebih bagi yang mengamalkannya. Mulai dari makna ataupun hikmah yang dikandung al Quran itu sendiri, kata-katanya, sampai dengan huruf-hurufnya. Melalui hadist di atas disebutkan pula bahwa orang yang membaca al Quran akan memperoleh sepuluh kebaikan dari satu huruf yang dibacanya. Ini jelas, Allah hendak mengajarkan kepada kita untuk membaca al Quran dan menyelami maknanya, sebab Dia telah menjanjikan keutamaan-keutamaan dan kebaikan-kebaikan yang akan dilipat gandakan. Untuk itu sangat tepat bila wahyu pertama yang turun adalah tentang perintah untuk membaca:
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (Al `Alaq:1-5).
Bahkan selalu mengulangi membaca ayat al Quran akan menimbulkan penafsiran baru, pengembangan gagasan, dan menambah kesucian jiwa serta kesejahteraan batin. Dengan selalu membaca al Quran dan menyelami maknanya, kita akan diberikan kebaikan, bahkan jiwa kita yang tertutup akan terbuka. Sedang kaitannya sebagai media mendapatkan ketenangan hati agaknya tidaklah cukup bila hanya dengan membaca al Quran saja tanpa memperhatikan hal-hal lainnya seperti mengetahui maknanya serta mengamalkan isi kandungannya. Dan memang kenyataannya tidak sembarang orang mampu menggali mutiara-mutiara al Quran yang berharga. Mutiara adalah sesuatu yang tersembunyi yang tidak mudah diperoleh. Karena itu untuk mendapatkan mutiara berharga al Quran, kita harus senantiasa mempelajari isi kandungannya . bahkan para ulama telah memberikan nasehat penting bahwasanya tidak ada yang bermanfaat dalam membaca al Quran kecuali dengan tadabbur (mempelajari) dan tafakkur (memikirkan). Tadabbur (penelahaan) al Quran sangat dianjurkan dan bahkan diwajibkan oleh Allah dan merupakan salah satu cara berta`amul (berinteraksi) dengan al Quran. Firman Allah:
“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat – ayat-Nya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunai pikiran.” (Shaad. 29).
Definisi dari tadabbur itu sendiri adalah usaha memahami al Quran yang sedang di baca ataupun di dengar dengan di sertai kekhusyukan hati dan anggota badan serta dibuktikan dengan mengamalkanya. Sedangkan tafakkur adalah memikirkan dan menghayati setiap kata dalam al Quran. Sebab mengapa dua hal ini penting dalam kaitannya dengan mendapatkan ketenangan? Menurut para ulama, membaca seperti ini akan menghimpun manzilah (tingkatan) orang-orang yang berjalan menuju Allah, seluruh hal (keadaan) orang yang beramal, dan seluruh maqam (kedudukan)orang yang arif.
Apa yang telah menjadi hasil analisis para ulama di atas, pada dasarnya mempunyai kecenderungan untuk mengatakan bahwa untuk mengambil manfaat dari membaca al Quran diperlukan haq al tilawah yakni membaca al Quran dengan sebenar-benarnya bacaan. Menurut beliau membaca dengan cara seperti ini akan menghasilkan beberapa manfaat:
1. Melahirkan jiwa yang sabar.
2. menghasilkan rasa cinta yang begitu mendalam kepada Allah.
3. Menimbulkan rasa takut.
4. Pengharapan akan surga.
5. Mengokohkan pondasi iman di hatinya.
6. Tawakal.
7. Inabah.
8. Ridha.
9. Dapat melembutkan hati dan mengobati penyakit hati.
10. Akan membuat pembacanya dapat mengecap manisnya al Quran, sebab al Quran telah menjadi penasehat bagi sang pembaca dan syifa (obat) tatkala hatinya sedih dan gundah gulana.
11. dan sebagainya.
“Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.”(Al Israa: 82).
Menurut seorang ulama, bagi orang yang tulus ikhlas mendalami dan menyelami samudera al Quran, ia akan memperoleh beberapa perubahan dalam dirinya. Ada tiga perubahan dasar yang dibawa oleh al Quran:
1 Perubahan hati dan jiwa (taghyiir al quluub/ nafsiyah)
Al Quran mempunyai kemampuan untuk Merubah hati yang bergelimang dengan kegelapan menuju kepada hati yang teguh dan dipenuhi cahaya Ilahi. Karena al Quran adalah tali Allah yang kuat dan cahaya yang terang, maka barang siapa yang selalu berpegang teguh padanya, maka Allah akan melindunginya. Barang siapa yang selalu mengikutinya, maka Allah akan menyelamatkannya. Barang siapa yang selalu menyeru kepadanya, maka Allah akan menunjukinya jalan lurus.
1 Perubahan cara pandang (taghyiir `aqliyah tsaqafiyah)
Al Quran sebagai sebuah kekuatan mughayyir (changing power) mampu mengubah cara pandang kita. Yang tadinya kita terbelakang, tertinggal, maka dengan mengamalkan ajaran al Quran kita akan menjadi umat yang terpandang dan disegani. Sebab sesungguhnya kemajuan umat islam itu sendiri terletak pada ajarannya. Hanya permasalahannya kita menyadarinya dan mengamalkannya atau tidak.
1 Perubahan peradaban (taghyiir hadhary)
Ajaran al Quran adalah kehidupan itu sendiri. Kehidupan ini bila tidak dinaungi oleh cahaya kalam ilahi laksana kehidupan hampa tak bermakna. Untuk itu Allah memanggil umat ini untuk meraih kembali kehidupan cerahnya melalui ajaran yang terkandung dalam al Quran. Karena al Quran mempunyai potensi untuk merubah total kehidupan manusia dalam segala aspeknya, misalnya merubah peradaban yang tadinya kelam, gelap, nyenyet, menjadi cerah, terang, tersinari oleh kebaikan-kebaikan, penuh keberkahan, dan ridha ilahi.
Seorang ulama lain pernah mengatakan,”Hidup di bawah naungan al Quran adalah nikmat, nikmat yang yang tidak bisa diketahui kecuali bagi orang-orang yang merasakannya, yaitu nikmat yang meninggikan umur, memberikan berkah dan mensucikannya.” Dalam muqaddimah tafsir Fi Dzilalil Quran, Sayyid Quthb mengatakan bahwa ketika saya hidup di bawah naungan al Quran, saya mendengar seolah-olah Allah berbicara dengan saya melalui al Quran, dan saya merasakan bahwa saya adalah seorang hamba yang kecil dan hina di hadapan Allah yang Maha Agung dan Maha Mulia. Hal ini bisa kita rasakan ketika kita benar-benar sudah merasakan bagaimana hidup di bawah naungan al Quran.
Ketenangan itu berpusat atau berpaksi di dalam hati nurani. Ia perlu dijaga, kerana bila hilang ketenangan, hilanglah kebahagiaan. Bila hilang kebahagiaan, tidak ada lagi keindahan di dalam kehidupan sekalipun mempunyai kekayaan dan harta yang berlimpah ruah. Pada saat kita sedang gembira, maka peringatan-peringatan yang ada dalam al Quran akan menjadi pendamping kita dan selalu menyadarkan kita sehingga tidak lupa diri. Akan tetapi menurut Imam Nawawi dalam kitabnya Al adzkar semua itu hanya akan diperoleh bagi mereka yang bersikap khusyuk, mentadabburinya, dan tunduk. Demikian pula halnya ketika kita sedang dirundung kesedihan, bencana, ataupun musibah, maka dengan membaca al Quran terasa sekali dalam lubuk hati kita sentuhan kesejukan dari Firman Allah SWT dan kalbu kita yang sedang menciut, akan terbuka, mengembang, dan mampu menampung berbagai ketetapan yang telah digariskan Allah dengan segala keikhlasan. Begitu juga ketika kita gagal mengerjakan sesuatu, maka pesan-pesan yang diboyong oleh al Quran akan mampu menawarkan kesedihan yang ada dalam hati kita. Menghibur kita dengan janji-janji nyata yang pasti terealisasi. Tetapi semua itu tentunya membutuhkan keimanan yang kuat.
Doktor Majdi Hilali dalam bukunya Al Thoriq ila Rabbaniyah mengatakan ada beberapa hal yang harus kita lakukan agar al Quran itu bisa bermanfaat bagi kita, di antaranya:
1. Hendaklah membaca al Quran dalam kondisi suci, dalam arti suci badan, pakaian, dan tempat. Membaca disunnahkan untuk menghadap kiblat dan duduk dengan sopan.
2. 2. Hendaklah membaca al Quran dengan bacaan yang baik yakni meliputi tajwidnya, makharijul hurufnya (lahafdz-lafadz hurufnya), pelan, dan tidak tergesa-gesa.. Firman Allah:
“Dan Al quran itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian.” ( Al Israa: 106).
1. Menghadirkan kekhusyukan ketika membaca al Quran, karena di dalamnya terkandung berbagai pemahaman, tausiyah, ajaran, hikmah, dan petunjuk dalam menapaki kehidupan fana ini. Di dalamnya juga terdapat obat yang dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit hati. Penyakit yang setiap saat membuat manusia resah dan tidak tenang.
2. Hendaklah kita senantiasa mentadabburi dan mentafakkuri ayat-ayat yang kita baca, mentadabburi berarti membaca, memahami artinya, mentafakkuri berarti memikirkan dengan sungguh-sungguh dan merenungi makna yang terkandung di dalamnya serta mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Mengenai hal ini suatu hari Aisyah r.a. pernah ditanya tentang akhlak Rasulullah SAW, lalu Beliau menjawab “Khuluquhu Al quran.” Akhlak Rasulullah SAW itu adalah al Quran. Ini memberikan isyarat kepada kita bahwa orang yang bisa merasakan indahnya hidup di bawah naungan al Quran akan tercermin dari akhlak, sikap dan tingkah lakunya.
3. Ketika kita membaca al Quran hendaklah kita mencari sisi-sisi hidayah yang terkandung dalam ayat-ayat al Quran, karena al Quran merupakan kitab hidayah. Di dalam al Quran terkandung berbagai macam ilmu pengetahuan, sejarah dan berbagai macam kisah umat-umat terdahulu yang bisa kita jadikan sebagai ibrah. al Quran dengan keindahannya bisa menjawab berbagai macam persoalan hidup manusia.
4. Senantiasa membaca al Quran setiap hari, dan jangan sampai tidak membaca al Quran lebih dari tiga hari, karena itu bisa menjadikannya tidak bisa memahami al Quran. Ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW:”Barang siapa yang tidak membaca Al quran lebih dari tiga hari maka dia tidak akan bisa memahaminya (al Quran).” Para sahabat patut kita jadikan contoh karena mereka bisa mengkhatamkan al Quran satu kali dalam seminggu sebagai buah dari kecintaan mereka terhadap al Quran.
5. Mengulang-ulangi membaca ayat-ayat yang memberikan pengaruh pada hatinya ketika membaca al Quran.
6. Hendaklah memperindah suaranya ketika membaca al Quran, sebagaimana sabda Rasulullah:”Hiasilah al Quran dengan suara-suaramu.”
7. Hendaklah memelankan bacaannya ketika takut akan menimbulkan riya atau mengganggu saudaranya yang sedang shalat.
10. Hendaklah senantiasa berusaha untuk bersifat seperti Ahlul quran yang senantiasa membaca al Quran dan menjadikan al Quran bagian dari kehidupannya.
11. Tidak berputus asa dalam membaca al Quran, karena setan akan selalu mengganggu manusia dan mengajak manusia untuk malas membaca al Quran.
Rasulullah SAW bersabda:
“Dari Ibnu Umar ra, Rasulullah SAW bersabda: sesungguhnya hati ini berkarat, sebagaimana besi berkarat jika terkena air.”Tanya sahabat, Ya Rasulullah, apa pembersihnya? Sabda beliau: Banyak mengingat maut dan membaca al Quran.” (HR. Baihaqi).
Hadist di atas memberi penjelasan bahwa hati manusia seluruhnya itu berkarat. Sebab manusia itu sendiri bukanlah makhluk yang maksum. Hanya saja untuk membersihkan karatanya itu dan menjadikannya bersinar harus dengan membaca al Quran dan mengingat maut. Mungkin kita dapat mengibaratkannya dengan cermin. Di mana cermin bila dibiarkan saja, dalam arti tidak pernah dibersihkan pasti lama-lama akan kotor, maka apa yang dipantulkannya akan terlihat redup, tidak jelas. Sebaliknya bila setiap hari cermin itu dibersihkan, pastilah apa yang dipantulkannya akan terlihat jelas.
Adanya kesempurnaan ajaran yang dimiliki al Quran menuntut penganutnya agar selalu berkomitmen terhadap ajaran-ajarannya. Dengan kata lain seorang muslim tidak diperkenankan untuk meyakini dan mengamalkan salah satu aspek ajarannya dan mengingkari aspek ajaran lainnya, melainkan harus secara total, menyeluruh mempercayai al Quran sebagai wahyu yang benar dan murni sampai akhir zaman.
Inti dari pembicaraan kita mengenai hal ini adalah, bahwa al Quran mampu menciptakan taghyiir al quluub/nafsiyah (perubahan hati/jiwa). Ia menjadi sebuah ‘kekuatan hebat’ yang secara khusus dirancang oleh Allah untuk menata dan membangun kembali jiwa-jiwa yang tengah sakit dan hampir runtuh. Ini sudah tegas dan dapat dipastikan. al Quran adalah obat ‘sesak dada’, penyejuk jiwa, penentram qalbu. Generasi pertama yaitu para sahabat, tabi`in, dan tabi`it tabi`in adalah hasil bentukan qurani. Hati mereka yang tadinya keras (qaashiyah), menjadi lembut dengan gemblengan al Quran. Hati yang tadinya liar menjadi jinak terhadap masalih insaniyah (kemaslahatan manusia). Dari sini tentunya kita harus sadar, mengapa kita masih saja mencari penawar lain untuk kegundahan hati kita, bila al Quran saja mampu untuk itu?
D. Al Quran Penawar Paling Manjur
Telah dijelaskan dengan begitu sederhananya bahwasanya al Quran adalah kitab suci yang penuh keagungan, dan bahkan keagungannya itu tak akan mampu dijelaskan seluruhnya oleh siapapun walau pohon dijadikan pena dan tujuh lautan dijadikan tintanya. Karena itu tentu dalam buku ini kami tidak akan menjelaskan samudera kedalaman keagungan al Quran yang begitu mengagumkan karena tentu kami tidak akan sanggup, namun pada bagian ini kami hanya akan mengusahakan untuk menyajikan kepada para pembaca setitik percikan keagungan al Quran yang dapat kami jelsakan sesuai dengan kapasitas kami sebagai insan yang penuh keterbatasan. Adapun percikan yang dimaksud adalah tentang fungsi al Quran sebagai penawar paling manjur bagi manusia khususnya dan semesta alam pada umumnya. Fungsi ini mengacu pada firman Allah SWT:
“dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.” (Q.S. Al Israa: 82).
“Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (Q.S. Yunus: 57).
“dan Jikalau Kami jadikan Al Quran itu suatu bacaan dalam bahasa selain Arab, tentulah mereka mengatakan: “Mengapa tidak dijelaskan ayat-ayatnya?” Apakah (patut Al Quran) dalam bahasa asing sedang (Rasul adalah orang) Arab? Katakanlah: “Al Quran itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang mukmin. dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada sumbatan, sedang Al Quran itu suatu kegelapan bagi mereka. mereka itu adalah (seperti) yang dipanggil dari tempat yang jauh.” (Q.S. Al Fushilat: 44).
Secara logika, setiap ada obat pasti ada penyakit, dan setiap penyakit -sebagaimana telah dikatakan dalam ajaran islam- pastilah ada obatnya, kecuali maut. Dengan pemahaman awal seperti ini maka bisa dipahami bahwa fungsi al Quran sebagai obat berarti ia mampu mengobati penyakit yang diderita umat manusia, dan karena ia berangkat sebagai mukjizat maka sudah pasti keunggulan al Quran sebagai penawar melebihi penawar lainnya. Al Quran dengan kata lain adalah obat untuk segala penyakit. kalau demikian pertanyaannya, apakah penyakit itu? penyakit secara sederhana bisa dikatakan sebagai sesuatu yang dapat menghalangi manusia dari merasakan kenikmatan ataupun kebahagiaan hidup. Dengan kata lain, penyakit adalah segala sesuatu yang tidak mengenakkan manusia. Namun perlu digaris bawahi, bahwa segala sesuatu yang tidak mengenakkan yang dapat dikatakan sebagai penyakit adalah yang mempunyai sebab musabab terjadinya, yang dapat dimaklumi sebagai penyebab seseorang menderita sakit. Sedangkan dalam pengklasifikasiannya, penyakit dapat dibagi menjadi dua yaitu penyakit jasmani dan rahani. Penyakit jasmani adalah penyakit yang mengganggu setiap jasmani manusia, sedangkan penyakit rahani adalah penyakit yang mengganggu setiap jiwa manusia.
Dalam kehidupan ini manusia seringkali dihadapkan kepada berbagai penyakit yang berkisar pada dua jenis penyakit sebagaimana yang telah di terangkan di atas, yaitu jasmani dan rahani. Mereka seringkali dihadapkan pada problem tersebut, hingga tidak jarang ada di antara mereka yang sebagian besar kehidupannya digunakan untuk memburu kesembuhan, tentunya dengan dibarengi pula dengan mengelurkan biaya yang terkadang tidak sedikit. Namun dengan pengeluaran yang luar biasa tersebut belum seratus persen menjamin kesembuhan bagi mereka. Bahkan ironisnya ada sebagian di antara mereka yang karena telah bertahun-tahun menderita suatu penyakit dan karena merasa tidak tahan menanggung penyakit yang deritanya tersebut akhirnya terpaksa memberanikan diri untuk mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri. Inilah kenapa kemudian ada orang mengatakan “Sehat itu mahal harganya, namun sedikit sekali manusia yang mau mensyukuri nikmatnya.”
Kegelisahan dan ketakutan yang seringkali melanda sebagian besar manusia ini sebetulnya disebabkan karena mereka melupakan siapakah sejatinya yang telah memberi mereka penyakit, dan siapakah sejatinya yang mampu secara sempurna menyembuhkan penyakit mereka tersebut. Padahal sebagai seorang mukmin jawaban atas serangkaian pertanyaan di atas dapat dengan mudah dijawab. Dan tentu saja jawaban seorang mukmin adalah bahwa segala penyakit berasal dari Allah SWT, dan hanya Allah SWT-lah yang dapat menyembuhkan segala macam penyakit tersebut. Siapa lagi kalau bukan Allah, karena yang kuasa atas semua ini adalah Allah SWT. Makhluk Allah tiada yang mampu memberikan madharat, karena semua makhluk Allah termasuk jin, iblis, dan syaithan adalah lemah di sisinya. Hanya Allah SWT yang kuasa atas semua ini, karena itu kewajiban bagi seorang mukmin tatkala dirinya dihadapkan pada cobaan berupa sakit adalah dengan ikhtiar dan tawakkal, yaitu kembali kepada-Nya.
Secara umum, segala macam cobaan termasuk di dalamnya sakit merupakan ujian, atau teguran, atau bahkan adzab, dan kesemuanya datang dari Allah SWT. Namun untuk lebih memperjelas apakah suatu penyakit itu merupakan ujian atau bukan, maka harus dilihat terlebih dahulu, kepada siapakah penyakit itu ditimpakan. Apabila kepada orang beriman, yang keadaan hidupnya dipenuhi dengan kebaikan, maka sudah bisa dipastikan bahwa penyakit yang dideritanya berupa ujian dari Allah SWT untuk menguji seberapa kuat keimanannya. Contoh untuk kasus ini adalah penyakit yang pernah diderita oleh nabiyullah Ayyub as. Begitu pula sebaliknya, apabila yang diuji adalah orang jahat yang sebagian kehidupannya dipergunakannya untuk kemaksiatan, maka sudah dapat dipastikan bahwa sakit yang dideritanya merupakan azab dari Allah SWT. Dengan memperhatikan dua contoh yang saling bertolak belakang ini, al Quran sebagai penawar hanya akan berfungsi dengan sempurna untuk mengobati orang-orang yang beriman saja, sedangkan bagi orang-orang yang tidak beriman maka hanya akan sia-sia belaka. Kenapa bisa seperti itu? Jawabannya adalah karena keyakinan atau keimanan itu merupakan “pembuka pintu keutamaan”, ibarat botol, maka iman adalah tutupnya. Karena itu siapa saja yang telah mengimani Allah SWT sebagai Tuhan, Muhammad SAW sebagai Rasulullah, dan Islam sebagai agama yang haq, maka telah ditetapkan bahwa pintu keutamaan akan terbuka lebar bagi dirinya, dan ia akan dapat menikmati seluruh keutamaan yang berada dalam Islam. Bukankah seseorang yang melakukan setiap amal kebaikan dapat memperoleh pahala dari amalanya tersebut apabila didasari dengan beriman kepada Allah? Demikian pula halnya keutamaan al Quran akan dapat dirasakan oleh mereka yang terlebih dahulu beriman kepada Allah, dan mengimani al Quran sebagai wahyu, mukjizat yang diturunkan kepada Rasulullah Muhammad SAW yang di diantaranya mempunyai khasiat sebagai penawar untuk berbagai macam penyakit. Inilah kiranya satu hal dasar namun teramat penting yang harus diperhatikan oleh setiap orang yang hendak berobat menggunakan al Quran.
Firman Allah SWT:
“Sesungguhnya orang-orang yang mengingkari Al Quran ketika Al Quran itu datang kepada mereka, (mereka itu pasti akan celaka), dan Sesungguhnya Al Quran itu adalah kitab yang mulia. yang tidak datang kepadanya (Al Quran) kebatilan baik dari depan maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari Rabb yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji.” (Q.S. Al Fushilat: 41-42).
Untuk itu ada beberapa tahapan awal yang harus dipenuhi oleh setiap orang yang hendak berobat dengan menggunakan al Quran, dan yang paling utama adalah beriman. Maksudnya, membersihkan diri dari segala hal yang masuk ke dalam kategori menyekutukan Allah. sebab yang dimaksud orang beriman adalah orang yang mengakui Allah sebagai satu-satunya Tuhan yang Maha Berkuasa, dan memandang selain-Nya adalah lemah sama sekali. Dengan modal keimanan kepada Allah ini pada tahap selanjutnya akan membantu dirinya untuk lebih mudah menerima al Quran dan mempercayai khasiatnya. Al Quran adalah perantara karena itu logikanya seseorang harus beriman kepada Allah terlebih dahulu agar wasilah tersebut berfungsi. Adapun tanda orang yang telah beriman kepada Allah SWT adalah sebagaimana yang telah disebutkan dalam al Quran:
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.”(Q.S. Al Anfaal: 2).
Tahap selanjutnya yang harus dilakukan bagi orang yang hendak menggunakan al Quran sebagai penawar adalah membersihkan jiwa dari serangkaian keburukan berupa sifat-sifat tercela, dan akhlak yang tidak terpuji. Tahapan ini jelas sangat disarankan mengingat bahwa selain sebagai hudan li al naas, al Quran sebagaimana dikatakan Sayyid Quthb juga merupakan hudan li al muttaqiin (petunjuk bagi orang yang bertakwa). Karena itu siapa saja yang berkeinginan mendapat hidayah dari perantara al Quran, hendaklah ia datang menemui dan mengamalkannya dengan hati bersih lagi tulus. Dengan demikian, cahaya dan rahasia al Quran akan terbuka dan tercurah kepada dirinya sebagaimana derasnya curahan hujan yang turun dari langit dan membasahi bumi.
Sesungguhnya yang disebut sebagai orang bertakwa adalah orang yang menjauhkan dirinya dari segala kekufuran dengan jalan beriman. Menjauh disini tidak hanya diartikan sebagai menjauh tanpa melakukan apapun, namun maksudnya adalah menjauh dan memperbaiki kualitas diri dengan jalan melaksanakan serangkaian perintah Allah, menjauhi larangan-Nya, dan melakukan aktivitas-aktivitas yang termasuk ke dalam amal shalih. Dengan demikian, pada tahapan ini seseorang harus benar-benar membersihkan jasmani terlebih rohaninya dari segala hal yang dapat menyebabkan dirinya jauh dari Allah SWT. Ibarat kalau kita pergi ke rumah sakit dan dokter telah mendiagnosis bahwa kita mengidap penyakit tertentu, dan dokterpun menyarankan untuk berpantang terhadap suatu makanan tertentu, maka demikian juga halnya ketika seseorang hendak menjadikan al Quran sebagai obat, maka selamanya ia harus berpantang dari hal-hal buruk yang sekiranya dapat menjauhkan dirinya dari Allah. Sebab kunci kesuksesan berobat menggunakan al Quran adalah dengan mempererat tali hubungan dengan Allah SWT.
Dilihat dari keseluruhannya, surah al Quran terdiri dari 114 surah sesuai dengan kesepakatan. Namun ada pula ulama yang mengatakan bahwasanya jumlah surah dalam al Quran sebanyak 113 dengan menjadikan surah al Anfaal dan Baraah (al Taubah) sebagai satu surah. Adapun surah yang paling utama dan paling besar khasiatnya menurut Ulama (Allah telah menempatkan diantara para Imam yang `alim tersebut tempat kedudukan yang tinggi) adalah al Fatihah, kemudian surah al Ikhlas. Mengenai hal ini telah dikatakan bahwa, “Sungguh telah Kami turunkan kepadamu tujuh yang diulang-ulang (al Fatihah) dan al Quran yang mulia.” Dan sebagaimana sabda Rasulullah SAW, “Demi Dzat yang diriku berada dalam genggaman kekuasaan-Nya, tiada pernah diturunkan dalam Taurat, Injil, Zabur, dan al Quran surah seperti itu. dan sesungguhnya al Fatihah merupakan tujuh yang diulang-ulang dan al Quran yang mulia yang akan memberinya (manfaat.penj).”
Diriwayatkan, bahwa pernah ada seorang laki-laki yang bertanya kepada Rasulullah. Katanya, “Wahai Rasulullah SAW, surah apa yang paling agung di dalam al Quran? Rasulullah SAW pun menjawab, “Al Ikhlas.” Laki-laki tadi bertanya kembali, “Ayat apakah yang paling agung di dalam al Quran?” Rasulullah SAW menjawab, “Ayat Kursi.”
Adapun keseluruhan ayat di dalam al Quran adalah sebanyak 6666 ayat sebagaimana qaul yang masyhur. Ayat yang paling agung, paling utama, dan paling mulia adalah ayat Kursi (mengenai keutamaan ayat Kursi insa Allah akan dibahas pada pembahasan yang mendatang).
Insa Allah akan diungkap nanti pada bab tersendiri mengenai keagungan surah al fatihah, ayat Kursi, dan surah al Ikhlas berupa keagungan fadhilah-fadhilanya, manfaat yang akan diperoleh bagi orang yang bersedia mengamalkannya, keajaiban-keajaiban rahasia dan kemuliaan ke-khususan-nya, serta tambahan berkah yang akan diperoleh bagi para pengamal, sebagaimana yang telah diterangkan dalam hadist Shahih. Rasulullah bersabda (Semoga penghormatan paling sempurna dan ucapan salam paling suci senantiasa tercurahkan kepada baginda Rasulullah SAW), “Dan kabar gembira yang besar bagi orang yang membacanya.”
Sungguh telah banyak dijumpai pula dalam hadist-hadist yang secara khusus menerangkan tentang keutamaan surah-surah al Quran lainnya, seperti keutamaan surah Yaasiin, surah al Fath, surah al Waaqi`ah, surah al Mulk, surah al Naba`, surah al Dhuha, surah Alam Nasyrah (al Insyirah), surah al Qadr, surah al Bayyinah, surah al Zalzalah, surah al Kaafiruun, surah al Nashr, Mu`awwidzatain, dan sebagian ayat seperti
kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. dan jika kamu melahirkan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu menyembunyikan, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu tentang perbuatanmu itu. Maka Allah mengampuni siapa yang dikehandaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (mereka mengatakan): “Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya”, dan mereka mengatakan: “Kami dengar dan Kami taat.” (mereka berdoa): “Ampunilah Kami Ya Tuhan Kami dan kepada Engkaulah tempat kembali.”
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (mereka berdoa): “Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau hukum Kami jika Kami lupa atau Kami tersalah. Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau bebankan kepada Kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau pikulkan kepada Kami apa yang tak sanggup Kami memikulnya. beri ma’aflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah penolong Kami, Maka tolonglah Kami terhadap kaum yang kafir.” (Q.S. Al Baqaarah: 284-286).
Dan tiga ayat pertama dari surah al An`am, yaitu:
“segala puji bagi Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dan Mengadakan gelap dan terang, Namun orang-orang yang kafir mempersekutukan (sesuatu) dengan Tuhan mereka. Dialah yang menciptakan kamu dari tanah, sesudah itu ditentukannya ajal (kematianmu), dan ada lagi suatu ajal yang ada pada sisi-Nya (yang Dia sendirilah mengetahuinya), kemudian kamu masih ragu-ragu (tentang berbangkit itu). dan Dialah Allah (yang disembah), baik di langit maupun di bumi; Dia mengetahui apa yang kamu rahasiakan dan apa yang kamu lahirkan dan mengetahui (pula) apa yang kamu usahakan.” (Q.S. Al An`aam: 1-3).
Dan dua ayat terakhir dari surah al Taubah, yaitu:
“sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, Amat belas kasihan lagi Penyayang terhadap orang-orang mukmin. jika mereka berpaling (dari keimanan), Maka Katakanlah: “Cukuplah Allah bagiku; tidak ada Tuhan selain Dia. hanya kepada-Nya aku bertawakkal dan Dia adalah Tuhan yang memiliki ‘Arsy yang agung”. (Q.S. Al Taubah: 128-129).
Dua ayat terakhir surah al Hasyr:
Dialah Allah yang tiada Tuhan selain Dia, Raja, yang Maha Suci, yang Maha Sejahtera, yang Mengaruniakan Keamanan, yang Maha Memelihara, yang Maha perkasa, yang Maha Kuasa, yang memiliki segala Keagungan, Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan. Dialah Allah yang Menciptakan, yang Mengadakan, yang membentuk Rupa, yang mempunyai asmaaul Husna. bertasbih kepadanya apa yang di langit dan bumi. dan Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Q.S. Al Hasyr: 23-24).
Selain beberapa ayat di atas, masih banyak lagi ayat-ayat lain dari surah-surah al Quran yang mengandung fadhilah, manfaat yang besar bagi orang yang istiqamah mengamalkannya. Sebagaimana tauladan kita Rasulullah SAW yang senantiasa mendawamkannya setiap hari, baik itu pada pagi hari, sore hari, maupun malam hari. Bahkan Rasulullah SAW telah memerintahkan dan mewasiatkan kepada umatnya untuk belajar, mengajarkan, dan menyiarkannya kepada umat Islam baik laki-laki maupun perempuan. Kemudian wasiat itupun diteruskan oleh para shahabat, ulama, dan salaf al Shalih.
Sungguh para ulama al Aamiliin telah merutinkan diri dengan membacanya baik siang maupun malam, dan mereka juga telah menjelaskan keutamaan bagi orang yang membacanya, menghitungnya (menghitung bacaannya.penj) dan menjadwalkannya, serta menjanjikan manfaat-manfaat yang akan diperolehnya. Karena itu tiada alasan lagi bagi mereka yang berhajat menjadikan al Quran sebagai penawar, untuk mendawamkan surah-surah penting tersebut. Selian itu juga diharapkan agar mereka memerintahkan dengan suatu perintah yang tegas kepada keluarga dan saudara mereka untuk memperbanyak membacanya, sehingga barakah dan kemuliaan akan senantiasa mereka rasakan. Karena itu apabila memungkinkan, diharapkan sekali untuk memilih salah satu dari surah ataupun ayat tersebut kemudian mewajibkan diri dengan mengamalkannya secara istiqamah. Maka insya Allah, Allah akan memberi kebaikan kepadanya.
Sesungguhnya membaca al Quran merupakan washilah seorang hamba yang paling utama sehingga dirinya mendapatkan curahan ampunan dari Allah. Dan juga merupakan seagung-agung washilah untuk dapat memasuki syurga yang di dalamnya penuh kenikmatan. Di sisi lain al Quran juga merupakan argumen paling kuat yang penuh dengan kebenaran. Sungguh al Quran adalah kalamullah yang tak mempunyai cacat sedikitpun, dan membacanya merupakan puncak dzikrullah dan seutama-utama ibadah kepada Allah.
Rasulullah SAW bersabda, “Keutamaan kalamullah atas seluruh kalam seperti keutamaan Allah atas seluruh ciptaannya (maksudnya seluruh makhluknya).”
Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa ingin bercakap-cakap dengan Allah, maka bacalah al Quran.”
Rasulullah SAW bersabda, “Apabila seseorang di antara kalian ingin menyebabkan Allah cinta, maka bacalah al Quran.”
Rasulullah SAW bersabda, “Andai seluruh pahala shalat dikumpulkan, maka tidak akan sebanding dengan pahala satu hurufpun dari al Quran.”
Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang membaca al Quran seakan-akan berdialog denganku.” (HR. Al Dailami).
Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang membaca al Quran, maka sungguh akan mendekatkan Nubuwwah diantara dua sisinya, walau sesungguhnya itu bukanlah wahyu.” (HR. Al Haakim).
Allah SWT berfirman dalam al Quran:
“Berpeganglah kepadanya dengan teguh dan suruhlah kaummu berpegang kepada (perintah-perintahnya) dengan sebaik-baiknya, nanti aku akan memperlihatkan kepadamu negeri orang-orang yang fasik.” (Q.S. Al A`raaf: 185).
Firman Allah SWT:
“dan ikutilah Sebaik-baik apa yang telah diturunkan kepadamu dari Tuhanmu sebelum datang azab kepadamu dengan tiba-tiba, sedang kamu tidak menyadarinya,” (Q.S. al Zumar: 55).
“dan orang-orang yang menjauhi Thaghut (yaitu) tidak menyembah- nya dan kembali kepada Allah, bagi mereka berita gembira; sebab itu sampaikanlah berita itu kepada hamba- hamba-Ku, yang mendengarkan Perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya. mereka Itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk dan mereka Itulah orang-orang yang mempunyai akal.” (Q.S. Al Zumar: 17-18).
Maka ketahuilah, bahwasanya ayat-ayat dan hadist-hadist di atas menjelaskan secara jelas tentang rahasia-rahasia al Quran, sekaligus mendorong, memberi motivasi, memberi peringatan, dan mengajakan, kepada setiap orang untuk giat membaca al Quran. Selain itu juga untuk membangunkan orang-orang yang terlelap dalam kelalaian mereka, menakut-nakuti, mengancam, serta menegur orang-orang yang sibuk dengan selain al Quran. Akhirnya, tentu tiada keraguan lagi bagi orang yang hendak menjadikan al Quran sebagai penawar ketika dirinya telah mengetahui dan memahami akan keutamaan al Quran ini. Dan hanya orang-orang yang tuli, bisu, dan buta sajalah yang tidak mampu memahaminya. Sebagaimana firman Allah:
“ mereka tuli, bisu dan buta, Maka tidaklah mereka akan kembali (ke jalan yang benar),” (Q.S. Al Baqaarah: 18).
D. Adab Membaca Al Quran
Al Quran sebagai sebuah kitab suci tentu berbeda dengan kitab-kitab lain yang bukan kitab suci. Kesucian al Quran sebagai kalamullah adalah kesucian mutlak, dalam arti kesuciannya meliputi segala hal, baik itu ditinjau dari segi isi, makna, bahkan kitab al Quran yang telah dibukukan itu pun merupakan kitab yang suci yang tiada boleh menyentuhnya kecuali orang yang suci pula. Untuk itu tentu ketika ingin membaca al Quran diperlukan adab, etika, dan tata krama, yang di dalamnya mencerminkan secara jelas bentuk pengagungan dan pemuliaan terhadap kitab al Quran.
Selama ini banyak kalangan yang mengira bahwa kitab al Quran atau al Quran yang dibukukan, tidak sama dengan kemuliaan al Quran sebagai wahyu Allah yang tidak dibukukan (isi dan kandungan). Karena itu banyak yang memegang dan membaca kitab al Quran tanpa bersuci terlebih dahulu. Ini tentu tidak tepat. Karena menyikapi sesuatu yang suci harus melalui jalan yang suci, itu kaidah. Seperti kita menyikapi lantai masjid yang suci, maka kaki, tubuh, dan pakaian kitapun harus suci. Begitu pula dengan al Quran. Padahal al Quran adalah kitab yang suci, kesuciannya mutlak meliputi seluruh segi, dan cara paling baik untuk menjaga kesuciannya adalah dengan bersuci ketika memegang dan membacanya. Karena itu adab membaca al Quran yang pertama dan paling utama adalah bersuci.
Mengenai adab ini kita bisa merujuk qaul Imam Nawawi dalam kitab beliau yang berjudul Al Tibyan fi Adab Hamalat Al Quran. Beliau berkata panjang lebar mengenai adab ini:
“Diutamakan bagi orang yang membaca al Quran dalam keadaan suci. Jika membaca al Quran dalam keadaan berhadas, maka hukumnya harus berdasar ijma’ul muslimin. Hadits-hadits berkenaan dengan perkara tersebut sudah dimaklumi. Imam Haramain berkata: “Tidaklah boleh dikatakan dia melakukan sesuatu yang makruh, tetapi meninggal yang lebih utama.” Jika tidak menemukan air, dia bertayamum. Wanita mustahadhah dalam waktu yang dianggap suci mempunyai hukum yang sama dengan hukum orang yang berhadas.
Sementara orang yang berjunub dan wanita yang haid, maka haram atas keduanya membaca al Quran, sama saja satu ayat atau kurang dari satu ayat. Bagi keduanya diharuskan membaca al Quran di dalam hati tanpa mengucapkannya dan boleh memandang ke dalam mushaf. Ijma` muslim mengharuskan bagi yang berjunub dan yang haid mengucapkan tasbih, tahlil, tahmid, takbir dan membaca shalawat atas Nabi SAW serta dzikir-dzikir lainnya. Para sahabat kami berkata, jika orang yang berjunub dan perempuan yang haid berkata: “Khudzil kitaaba biquwwatin” sedang tujuannya adalah selain al Quran, maka hukumnya boleh.”
Demikian pula hukumnya upaya yang serupa dengan itu. Keduanya boleh mengucapkan: “Innaa lillahi wa innaa ilahi raaji’uun”. Ketika mendapat musibah, jika tidak bermaksud membaca al Quran. Para sahabat kami dari Khurasan berkata, ketika menaiki kendaraan, keduanya boleh mengucapkan:
“Maha suci Tuhan yang telah menundukkan semua ini bagi Kami Padahal Kami sebelumnya tidak mampu menguasainya,” (Q.S. al Zukhruf: 13).
Hukum tersebut berlaku selagi tidak bermaksud membaca al Quran. Imam Haramain berkata, apabila orang yang berjunub mengucapkan: “Bismillah wal hamdulillah,” maka jika dia bermaksud membaca al Quran, dia durhaka. Jika dia bermaksud berdzikir atau tidak bermaksud membaca apa-apa, dia tidak berdosa.
Jika orang yang berjunub atau perempuan yang haid tidak menemukan air, maka dia bertayamun dan diharuskan baginya membaca al Quran, sembahyang serta lainnya. Jika dia berhadas, haram atasnya mengerjakan sembahyang dan tidak haram membaca dan duduk di dalam masji atau lainnya yang tidak haram atas orang yang berhadas sebagaimana jika dia mandi, kemudian berhadas. Ini adalah sesuatu yang dipersoalkan dan dianggap aneh. Maka dikatakan, orang berjunub dilarang sembahyang dan tidak dilarang membaca al Quran dan duduk di masjid tanpa keperluan, bagaimana bentuknya? Inilah bentuknya. Kemudian yang lebih dekat ialah tidak ada bezanya antara tayamum orang yang berjunub di kota tempat tinggalnya dan ketika musafir.Seorang ulama pengikut Imam Syafi`i berkata, bahawa jika dia bertayamum di kota tempat tinggalnya, maka diharuskan sembahyang dan tidak membaca al Quran sesudahnya atau duduk di masjid. Pendapat yang lebih sahih ialah boleh melakukan itu sebagaimana telah saya kemukakan. Sekiranya dia bertayamum, kemudian sembahyang dan membaca al Quran, kemudian ingin bertayamum kerana berhadas atau untuk mengerjakan sembahyang fardhu lainnya maka tidak haram atasnya membaca al Quran menurut madzhab yang sahih dan terpilih. (Al Tibyan fi Adab Hamalat Al Quran).
Adab selanjutnya dalam membaca al Quran adalah mengusahakan membaca al Quran di tempat yang baik, dan jangan di tempat yang tidak baik seperti kamar mandi, dan sebagainya. Dan disunnahkan menghadap kiblat, karena sebaik-baik majelis adalah yang menghadap kiblat. Rasulullah SAW bersabda:
“Sebaik-baik majelis adalah yang menghadap kiblat.”
Imam Nawawi telah berkata dalam kitabnya mengenai masalah ini. beliau berkata:
“Hendaklah dia duduk dengan khusyuk dan tenang sambil menundukkan kepalanya dan duduk sendiri dengan adab baik dan tunduk seperti duduknya di hadapan gurunya, inilah yang paling sempurna. Diharuskan baginya membaca sambil berdiri atau berbaring atau di tempat tidurnya atau dalam keadaan lainnya dan dia mendapat pahala, akan tetapi nilainya kurang dari yang pertama.” (Al Tibyan fi Adab Hamalat Al Quran).
Adapun dalil yang digunakan Imam Nawawi untuk penjelasan di atas adalah firman Allah SWT:
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka.” (Q.S. Ali Imraan: 190-191).
Rasulullah SAW bersabda:
“Bahawa Rasulullah s.a.w bersandar di pangkuanku ketika aku sedang haid dan beliau membaca al Quran.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dalam suatu riwayat: “Beliau membaca al Quran sedang kepalanya berada dipangkuanku.”
Diriwayatkan dari Abu Musa al Asy’ari ra, katanya: “Aku membaca al Quran dalam sembahyangku dan membacanya di atas tempat tidurku.”
Diriwayatkan dari Aisyah r.a, katanya: “Sungguh aku membaca hizibku ketika aku berbaring di atas tempat tidurku.”
Adab membaca al Quran selanjutnya ialah memohon perlindungan dengan mengucapkan ta`awwudz:
اَعُوْذُ بِا للهِ مِنَ الشَّيْطاَنِ الرَّجِيْمِ
“Aku Berlindung kepada Allah SWT dari Syaitan yang terkutuk.”
Memang ada sebagian ulama salaf yang berkata, “Ta’awwudz itu sepatutnya dibaca sesudah membaca al Quran berdasarkan firman Allah SWT:
“Apabila kamu membaca Al Quran hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk.” (Q.S. Al Nahl: 98).
Imam Nawawi dalam kitabnya mengatakan:
Maksud ayat ini menurut mayoritas ulama, apabila kamu ingin membaca Al-Qur’an, maka mohonlah perlindungan kepada Allah SWT dari syaitan yang terkutuk. Sejumlah ulama salaf berpendapat,
اَعُوْذُ بِا للهِ السَّمِيْعِ العَلِيْمِ مِنَ الشَّيْطاَنِ الرَّجِيْمِ
“Aku memohon perlindungan kepada Allah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui dari syaitan yang terkutuk.”
Tidaklah mengapa jika mengucapkan perkataan ini. Bagaimanapun yang terpilih adalah bentuk ta’awwudz yang pertama. Kemudian, sesungguhnya ta’awwudz itu mustahab (disunahkan) dan bukan wajib. Ta’awwudz itu disunahkan bagi setiap pembaca al Quran, sama saja di dalam shalat atau di luarnya. Di dalam shalat diutamakan membacanya dalam setiap rakaat menurut pendapat yang sahih dari dua pendapat tersebut. Menurut pendapat yang kedua diutamakan membacanya pada rakaat pertama. Jika ditinggalkan pada rakaat pertama, maka hendaklah dia membacanya pada rakaat kedua. Diutamakan pula membaca ta’awwudz dalam takbir pertama sembahyang jenazah, menurut pendapat yang lebih sahih di antara dua pendapat. (Al Tibyan fi Adab Hamalat Al Quran).
Adab selanjutnya dalam membaca al Quran setelah membaca ta`awwudz adalah membaca basmalah. Kecuali untuk surah al Taubah, maka tidak diperkenankan membaca basmalah, melainkan hanya ta`awwudz saja. Rasulullah SAW pernah bersabda: “Setiap urusan yang mempunyai kebaikan yang tidak dimulai dengan menyebut basmalah maka pekerjaan itu akan pincang (terputus dari rahmat Allah).” (HR. Ibn Hibban).
Adab selanjutnya adalah bersikap khusyuk dan merenungkan maknanya ketika membaca. Allah SWT berfirman:
“Maka Apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran? kalau kiranya Al Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya.” (Q.S. Al Nisaa: 82).
“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatNya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran.” (Q.S. Shaad: 29).
Cerita mengenai keadaan para salaf al Shaalih tentang kekhusyukan mereka dalam membaca al Quran sangatlah banyak. Diantaranya:
Diriwayatkan dari Bahzin bin Hakim bahawa Zurarah bin Aufa seorang tabi’in yang mulia mengimami sejumlah orang dalam sembahyang fajar. Dia membaca Al-Qur’an sehingga ayat:
“Jika ditiup sangkakala maka waktu itu adalah waktu (datangnya) hari yang sukar.” (QS Al Muddatsir: 8-9) Tiba-tiba dia jatuh dan meninggal. Banzin berkata: “Aku termasuk orang-orang yang memikulnya.”
Diriwayatkan pula, Ahmad bin Abul Hawari ra yang dijuluki Raihanatus Syam sebagaimana dikatakan oleh Abul Qasim Al-Junaidi rahimahullah, apabila dibacakan al Quran di dekatnya, dia menjerit dan jatuh pengsan
As-Sayyid yang mulia dan pemilik berbagai anugerah serta makrifat, Ibrahim Al-Khawash ra.a berkata: “Ubat penyembuh hati ada lima perkara, iaitu:
• Membaca Al-Qur’an dan merenungi maknanya.
• Perut yang kosong.
• Sembahyang malam.
• Berdoa dengan penuh tawadhuk di hujung malam.
• Duduk bersama orang-orang sholeh.
Adab membaca al Quran selanjutnya adalah membaca dengan tartil, tidak cepat, agar dapat menghayati ayat yang dibaca. Termasuk di dalamnya adalah memperbagus bacaan al Quran. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW, yang artinya: “Hiasilah al Quran dengan suaramu.” (HR. Ahmad, Ibnu Majah dan Al-Hakim). Di dalam hadits lain dijelaskan, yang artinya: “Tidak termasuk umatku orang yang tidak melagukan al Quran.” (HR. Bukhari dan Muslim). Maksud hadits ini adalah membaca al Quran dengan susunan bacaan yang jelas dan terang makhroj hurufnya, panjang pendeknya bacaan, tidak sampai keluar dari ketentuan kaidah tajwid. Dan seseorang tidak perlu melenggok-lenggokkan suara di luar kemampuannya.
Para ulama mengatakan bahwa sunnah mengindahkan suara pada waktu membaca al Quran. Para ulama Salaf dan Khalaf daripada sahabat dan tabi’in serta para ulama Anshar (Baghdad, Bashrah dan Madinah) dan imam-imam muslimin sependapat dengan sunahnya mengindahkan suara ketika membaca al Quran. Perkataan dan perbuatan mereka berkenaan dengan perkara tersebut amat mahsyur,
Dalam kitabnya Al Tibyan fi Adab Hamalat al Quran, Imam Nawawi mengatakan bahwa para ulama berkata: “Membaca al Quran dengan tartil itu disunahkan untuk merenungkan artinya.” Mereka berkata: “Membaca dengan tartil disunahkan bagi orang bukan Arab yang tidak memahami maknanya kerana hal itu lebih dekat kepada pengagungan dan penghormatan serta lebih berpengaruh di dalam hati.” (Al Tibyan fi Adab Hamalat Al Quran).
Allah SWT berfirman dalam al Quran:
“atau lebih dari seperdua itu. dan bacalah Al Quran itu dengan perlahan-lahan.” (Q.S. Al Muzzammil: 4).
Rasulullah SAW bersabda, “Siapa saja yang membaca Al-Qur’an (khatam) kurang dari tiga hari, berarti dia tidak memahami.” (HR. Ahmad)
Diriwayatkan dari Abdullah ibn Mas’ud bahawa seorang lelaki berkata kepadanya: “Aku membaca Al-Mufashshal dalam satu rakaat.” Maka Abdullah bin Mas’ud menjawab: “Demikianlah, demikianlah syair itu. Sesungguhnya ada orang yang membaca al Quran dan tidak melampaui tenggorokan mereka. Bagaimanapun jika masuk di hati dan menjadi kukuh di dalamnya, maka ia pun berguna.” (HR. Bukhari Muslim)
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra, ia berkata: “Aku lebih suka membaca satu surah secara tartil daripada membaca al Quran seluruhnya.”
Diriwayatkan dari Mujahid bahawa dia ditanya tentang dua orang, seorang membaca surah al Baqarah dan Ali `Imraan sedangkan lainnya membaca surah al Baqarah saja. Waktunya, rukuk, sujud dan duduknya sama. Mujahid menjawab: “Orang yang membaca Surah al Baqarah saja lebih baik.”
Diriwayatkan dari Ummi Salamah ra bahawa dia menggambarkan bacaan Rasulullah SAW sebagai bacaan yang jelas huruf demi huruf. (HR. Abu Dawud, Nasa’I dan Tirmidzi. Tirmidzi berkata: hadits hasan sahih).
Mu’awiyyah ibn Qurrah ra dari Abdullah ibn Mughaffal ra dia berkata: “Aku melihat Rasulullah s.a.w pada hari penaklukan Mekah di atas untanya sedang membaca Surah Al-Fatihah dan mengulang-ulang bacaannya.” (HR. Bukhari Muslim)
Sebagian sahabat kurang suka pengkhataman al Quran sehari semalam, dengan dasar hadits di atas. Rasulullah SAW telah memerintahkan Abdullah Ibn Umar untuk mengkhatamkan al Quran setiap satu minggu (HR. Bukhari, Muslim). Sebagaimana yang dilakukan Abdullah bin Mas’ud, Utsman ibn Affan, Zaid ibn Tsabit, mereka mengkhatamkan al Quran sekali dalam seminggu.
Adab selanjutnya, sebagaimana telah dianjurkan oleh para Ulama yaitu diutamakan jika melalui ayat yang mengandung rahmat agar memohon kepada Allah SWT dan apabila melalui ayat-ayat yang mengandung siksaan agar memohon perlindungan kepada Allah SWT dari kejahatan dan siksaan. Atau berdoa: “Ya Allah, aku mohon kesehatan kepada-Mu atau keselamatan dari setiap bencana.” Jika melalui ayat yang mengandung tanzih (penyucian) Allah SWT maka dia sucikan Allah SWT dengan ucapan, Subhaanalalahi wa Ta’aala atau Taabaraka wa Ta’aala atau Jallat Azhamatu Rabbina.
Adab selanjutnya adalah membaca al Quran dengan tertib mushaf. Para ulama menganjurkan untuk membaca al Quran dengan urut, dimulai dengan al Fatihah, al Baqarah, Ali Imran, dan seterusnya hingga al Naas.
E. Keutamaan Basmalah dan Surah Al Fatihah
“Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. yang menguasai di hari Pembalasan. hanya Engkaulah yang Kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah Kami meminta pertolongan. Tunjukilah Kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.” (Q.S. Al Faatihah: 1-7).
Setelah dijelaskan mengenai keagungan dan beberapa fungsi al Quran yang penting, maka pada sub bab ini akan dijelaskan satu surah yang paling utama dan paling penting di antara surah-surah lainnya dalam al Quran. Surah yang dimaksud adalah surah al Fatihah. Mengapa dinamakan al Fatihah? Tiada lain karena ia merupakan pembuka al Quran dan terletak di awal al Quran. Selain itu karena kedudukannya yang terletak di awal, ia juga dinamakan Umm al Quran atau induk al Quran. Namun di sini kita tidak akan membahas panjang lebar mengenai masalah ini, karena fokus perhatian kita adalah tentang keutamaan al Fatihah atas surah-surah al Quran lainnya.
Al Fatihah sebagaimana kedudukannya di awal mengandung keutamaan yang teramat besar bagi yang bersedia mengamalkannya. Sebab ia adalah pembuka segala kebaikan, asas segala makruf, dan perbendaharaan yang menyangkut segala sesuatu. Menurut ulama ahli tafsir, tujuan di turunkannya al Fatihah adalah melahirkan kesadaran orang mukmin akan pengawasan Allah yang terus-menerus tiada henti-hentinya. Karena itu sungguh sangat wajar apabila basmalah merupakan ayat pertama dan pesan utama, yang kemudian disusul dengan pesan kedua yaitu permohonan yang sekaligus menjadi penghubung antara makhluk dengan Khalik. Selain itu masih menurut ulama ahli tafsir, diperkenalkannya al Fatihah di awal al Quran adalah untuk memberikan pengajaran kepada manusia agar senantiasa meneladani asma al Husna yang dimiliki oleh Allah, terutama asma al Rahmaan dan al Rahiim.
Mengenai keutamaan basmalah, Rasulullah SAW pernah bersabda: “Setiap urusan yang mempunyai kebaikan yang tidak dimulai dengan menyebut basmalah maka pekerjaan itu akan pincang (terputus dari rahmat Allah).” (HR. Ibn Hibban).
Dariwayatkan oleh al Daraquthni dari Ibn Umar ra, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, “Apabila Jibril datang dengan membawa wahyu, pertama kali yang diucapkan kepadaku adalah Bismillaahir rahmaanir rahiim.”
Diriwayatkan dari Ibn Abbas ra, bahwasanya Usman Ibn Affan ra bertanya kepada Rasulullah tentang Bismillaahir rahmaanir rahiim. Maka jawab Rasulullah SAW, “Ia merupakan salah satu nama dari nama-nama Allah SWT. Jarak antara nama tersebut dengan nama Allah Yang Maha Besar adalah laksana bagian mata yang hitam dengan putihnya.” (HR. Abi Hatim, Hakim, Baihaqi).
Diriwayatkan dari Aisyah rha, ia berkata, “Tatkala turun ayat bismillaahir rahmaanir rahiim, maka gunung-gung bertasbih memuji keagungan Rabb-nya hingga terdengar oleh sebagian ahli Makkah dan orang-orang yang bersamanya. Maka berkatalah mereka, “Muhammad telah menyihir gunung.” Maka Allah mengutus angin kencang hingga menimpa ke atas mereka. Rasulullah SAW kemudian bersabda, “Barangsiapa yang membacabasmalah dengan penuh keyakinan maka bertasbih bersamanya gunung-gunung, namun ia tidak mendengarnya.” Dan dalam satu riwayat dikatakan. “Gunung-gunung dan batu-batu saling bertasbih namun manusia tidak mendengarnya.”
Diriwayatkan dari Ali ra. secara marfu`, ia berkata, “Apabila seseorang jatuh dalam posisi sulit maka bacalah:
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم. وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ اِلاَّ باِ للهِ العَلِيِّ العَظِيْمِ.
Maka (apabila membacanya) sesungguhnya Allah menjauhkan darinya apa yang dikehendaki-Nya dari bermacam-macam bala`.” (HR. Ibn Sinna dan al Dailamii).
Diriwayatkan dari Ibn Abbas ra. ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa membaca”
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم. وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ اِلاَّ باِ للهِ العَلِيِّ العَظِيْمِ.
maka Allah akan menjauhkan darinya tujuh puluh pintu dari bermacam-macam pintu bala`, kekhawatiran, kesedihan, dan gila.”
Diriwayatkan dari Ibn Abbas ra., “Bahwasanya Rasulullah SAW bersabda: “Syaithan mendengarkan dengan sembunyi-sembunyi dari manusia ayat paling agung dari al Quran al `Adziim, yaitu bismillaahir rahmaanir rahiim.” (HR. Baihaqi)
Diriwayatkan pula oleh Ibn Abbas ra., “Manusia melalaikan ayat dari kitab Allah SAW yang tiada pernah diturunkan kepada seseorangpun selain Nabi SAW. Ingatlah bahwa ayat tersebut adalah ayat yang digunakan Nabi Sulaiman, yaitu bismillaahir rahmaanir rahiim.”
Diriwayatkan dari Buraidah ra., ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah aku keluar dari masjid hingga aku kabarkan kepada kamu sebuah ayat yang tiada pernah diturunkan atas seorang nabipun setelah nabi Sulaiman as. selain kepadaku. Kemudian beliau bersabda, “Bila bermaksud membuka al Quran, bila membuka shalat, bacalah Bismillaahir rahmaanir rahiim. Kemudian beliau SAW bersabda, “dia dia (maksudnya ayat tersebut).”
Dikeluarkan oleh Ibn Abi al Dunya dan Ibn Abi Syaibah, dari al Sy`bi, berkata, “Nama Allah Yang Maha Agung adalah Yaa Allah.”
Dari Ibn Mas`ud, ia berkata, “Kami tidak mengetahui keutamaan antara dua surah hingga turun bismillaahir rahmaanir rahiim.”
Diriwayatkan dari Ibn Abbas ra., ia berkata, “Yang dimaksud sab`ul Matsaani adalah al Fatihah. Lalu ditanyakan kepadanya, “Lalu mana yang ke tujuh?” ia menjawab, “Bismillaahir rahmaanir rahiim.”
Diriwayatkan dari Ibn Abbas ra., ia berkata, “Bahwasanya Rasulullah SAW tidak mengetahui keutamaan sebuah surah hingga turun Bismillaahir rahmaanir rahiim.” (HR. Abu dDawud dan Baihaqi).
Dari Ibn Umar ra, ia berkata, “Basmalah diturunkan dalam setiap surah.”
Diriwayatkan dari Ibn Umar ra., “Bahwasanya Rasulullah SAW membaca basmalah dalam shalat. Dan ketika akhir surah maka beliau membacanya, dan membaca apa yang tertulis (surah-surah) dalam al Quran.”(HR. Baihaqi).
Dalam kitab al Itqan disebutkan, diriwayatkan dari Abu Hurairah ra., ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Apabila kalian membaca alhamdulillah maka bacalah bismillaahir rahmaanir rahiim, karena sesungguhnya ia adalah Ummul Quran, Ummul Kitab, dan Sab`ul Matsaani. Dan bismillah adalah salah satu dari ayatnya.” (HR. Daruqutni).
Dikeluarkan oleh al Bukhari dari Jabir ra, rasulullah SAW bersabda, “Nama Allah Yang Maha Agung (Ismul A`dham) adalah Allah. ingatlah, engkau perhatikan bahwasanya dalam al Quran Allah memulai dengan menggunakan nama tersebut sebelum menggunakan nama-nama lainnya.”
Rasulullah SAW bersabda, “Ketika Allah menurunkan Basmalah, penduduk langit dari kalangan malaikat dan para memikul Arys merasa gembira karena disebabkan turunnya. bersamanya seribu malaikat mengiringi, sehingga bertambahlah keimanan mereka, tersungkurlah kalangan jin, dan saling bergeraklah bintang-bintang untuk menunjukkan penghormatannya.”
Diriwayatkan dari Ibn Abbas ra. Secara marfu`, dari Rasulullah SAW, “Sesungguhnya apabila seorang muallim berkata kepada anak laki-lakinya “Bacalah bismillaahir rahmaanir rahiim”, maka telah ditulis untuk sang muallim, anak laki-laki, dan kedua orang tuanya, terbebas dari neraka.”
Diriwayatkan dari Ibn Mas`ud ra., ia berkata, “Barangsiapa yang ingin agar Allah menyelamatkannya dari sembilan belas Zabaniyah maka bacalah Bismillaahir rahmaanir rahiim. Sungguh Allah akan menjadikan setiap huruf baginya syurga dari setiap sesuatu.” (HR. Tsa`labah).
Diriwayatkan dari Ibn Mas`ud ra., ia berkata, “Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa membaca bismillaahir rahmaanir rahiim, maka ditulis untuk setiap huruf darinya empat ribu kebaikan dan dihapus darinya empat ribu kejelekan, dan diangkat derajatnya empat ribu derajat.” (HR. Dailami).
Diriwayatkan dari Anas Ibn Malik, ia berkata, “Rasulullah SAW bersabda, “Andai pohon-pohon menjadi pena, dan lautan menjadi tinta. Dan berkumpullah jin, manusia, malaikat kemujdian mereka menulis makna bismillaahir rahmaanir rahiim selama bribuan tahun, maka tiada kuasa untuk menulisnya.”
Rasulullah SAW bersabda, “Apabila seorang hamba mengucapkan bismillaahir rahmaanir rahiim, maka penduduk syurga berkata,
لَبَّيْك وَسَعْدَيْك. اللهم ان عبدك فلانا قال بسم الله الرمن الرحيم اللهم اخرجه من النار.
(Labbaik wa sa`daik. Ya Allah, sesungguhnya hambamu fulan telah bengucapkan bismillaahir rahmaanir rahiim. Ya Allah, keluarkanlah ia dari neraka.).
Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya akan datang suatu kaum pada hari kiamat dan mereka membaca bismillaahir rahmaanir rahiim dan diberatkan kebaikan mereka atas kejelekan mereka. Maka berkatalah umat yang lain, “Tidaklah diberatkan kebaikan mereka itu kecuali karena sesungguhnya mereka memulai perkataan mereka dengan bismillaahir rahmaanir rahiim. Basmalah merupakan Ismul A`dham. Andai diletakkan di piringan neraca dan diletakkan di sisi lain diletakkan pula langit, bumi, beserta apa yang ada di dalamnya dan apa yang ada di antara keduanya, maka sungguh akan berat bacaan bismillaahir rahmaanir rahiim. Sungguh Allah telah menjadikan umat ini umat yang selamat dari setiap bala`, dijaga dari setiap Syaithan yang terkutuk, obat bagi setiap penyakit, selamat dari kekurangan, kebakaran, keburukan, dan tenggelam, dengan berkah bismillaahir rahmaanir rahiim.”
Dengan mendasarkan diri pada hadist-hadist dan keterangan di atas, maka bagi para pencari keutamaan dengan menggunakan al Quran harus terlebih dahulu membaca basmalah, karena basmalah merupakan semacam doa atau pernyataan dari pengucap bahwa ia memulai pekerjaan dengan nama Allah, menyandarkan dirinya kepada Allah, dan mengharapkan keridhaan Allah. membaca basmalah bisa dikatakan pula sebagai bentuk kesadaran seorang hamba yang menyadari kelemahan dan keterbatasan dirinya, dan dengan lantaran membaca basmalah diharapkan ia dapat lebih percaya diri karena ketika itu ia telah menyandarkan dirinya kepada Allah serta memohon bantuan kepada-Nya.
Sedangkan keutamaan surah al fatihah dapat dilihat dari ayat al Quran dan hadist-hadist berikut.
Allah SWT berfirman:
“dan Sesungguhnya Kami telah berikan kepadamu tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang dan Al Quran yang agung.” (Q.S. Al Hijr: 87).
Diriwayatkan dari Abu Hurairah, dari Rasulullah SAW, bahwa beliau bersabda, “Barangsiapa shalat tanpa membaca Ummul Kitab, maka shalatnya khidaj.” Beliau mengulanginya sampai tiga kali. Khidaj artinya tidak sempurna. Kemudian dikatakan kepada Abu Hurairah, “Bagaimana jika kami shalat di belakang imam?” Ia berkata, “Bacalah dalam hatimu. Sungguh aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda bahwa Allah SWT berfirman, “Aku membagi shalat di antara Aku dan Hamba-Ku menjadi dua bagian. Untuk hambaKu ia akan mendapatkan apa yang dimintanya.” Ketika hamba itu mengucapkan, “Alhamdulillaahi rabbil aalamiin,” Aku menjawab, “Hamba-Ku memuji-Ku. Ketika ia mengucapkan “Arrahmaanir rahiim,” Aku menjawab, “Hamba-Ku menyanjung-Ku.” Ketika ia mengucapkan, “Maaliki yaumiddiin,” Aku menjawab, “Hamba-Ku mengagungkan-Ku.” Sesekali (Allah) juga berfirman, “Hamba-Ku mempercayakan (dirinya) kepada-Ku.” Ketika ia mengucapkan, “Iyyaaka na`budu wa iyyaaka nasta`iin,” Aku menjawab, “Inilah bagian antara Aku dan hamba-Ku, hamba-Ku akan mendapatkan apa yang dimintanya.” Ketika ia mengucapkan, “Ihdinas shiraatal mustaqiim shiraatalladziina an`amta `alaihim ghairil maghdhuubi `alaihim waladh dhaalliin.” Aku menjawab, “Ini untuk hamba-Ku. Hamba-Ku akan mendapatkan apa yang ia minta.”
Diriwayatkan dari Abi Said al Muallay ra., ia berkata, “Ketika aku sedang shalat, tiba-tiba Rasulullah SAW memanggilku. Aku tidak menjawabnya sampai aku menyelesaikan shalatku, baru aku menemui beliau. Beliau SAW bersabda, “Apa yang membuatmu tidak memenuhi panggilanku?” Aku katakan, “Ya Rasulullah SAW, tadi aku sedang shalat.” Beliau bersabda, “Bukankah Allah telah berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyerumu kepada sesuatu yang memberi kehidupan kepadamu.” (Al Anfaal: 24). Beliau kemudian bersabda, “Aku akan mengajarimu surah paling agung dalam al Quran sebelum kamu pulang dari masjid nanti.”
Abu Said melanjutkan, “Beliau kemudian memegang tanganku. Ketika beliau hendak keluar masjid, aku berkata, “Ya Rasulullah SAW, engkau tadi berkata, “Aku akan mengajarimu surah paling agung dalam al Quran.” Beliau SAW menjawab, “Ya, yaitu: al hamdulilaallahi rabbil aalamiin. Itulah Sab`ul Matsani (tujuh ayat yang diulang-ulang) dari al Quran yang diturunkan kepadaku.”
Diriwayatkan dari Ibn Abbas, dari Nabi SAW, “Saat rasulullah SAW bersama Jibril, tiba-tiba terdengar suara dari atas. Jibril kemudian mengangkat pandangannya ke arah langit dan berkata, “Sungguh pintu itu telah terbuka, padahal ia belum pernah terbuka sebelumnya.” Maka turunlah beberapa malaikat dari sana. Jibril kemudian mendatangi Rasulullah SAW seraya berkata, “Bergembiralah (engkau) dengan dua cahaya. Engkau telah diberi dua cahaya yang belum pernah diberikan kepada seorang nabipun sebelum engkau, yaitu Fatihah dan beberapa ayat penutup surah al Baqarah. Tidaklah engkau membaca satu huruf dari keduanya melainkan juga akan diberi cahaya.”
Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah Allah menurunkan dalam kitab Turat dan Injil satu surah-pun yang seperti Umm al Quran. Itulah Sab`ul Matsaani yang terbagi antara Aku dan hambaKu menjadi dua bagian.” (HR. Nasaai).
Diriwayatkan dari Abu Said al Khudri ra, ia berkata, “Saat kami singgah dalam suatu perjalanan, datanglah seorang budak perempuan seraya berkata, “Tuan kami digigit hewan berbisa, sementara orang yang pintar di antara kami sedang tidak ada. Apakah kalian bisa meruqyah?” Kemudian berdirilah seseorang yang tidak kami ketahui sebagai peruqyah. Ia meruqyah orang yang sakit itu dan iapun sembuh. Orang yang sakit itu memberinya hadiah tiga puluh ekor kambing dan memberi kami minum susu. Ketika pulang, kami bertanya kepadanya, “Apakah kau dapat meruqyah dengan baik atau hanya coba-coba?” Ia menjawab, “Aku hanya meruqyah dengan membaca Ummul Kitab.” Kami berkata, “Jangan berkata apapun sampai nanti kami mendatangi atau menanyakannya kepada Rasulullah SAW.” Ketika sampai di Madinah, kami melaporkan hal itu kepada Nabi SAW. Beliau berkata, “Bagaimana ia tahu bahwa surah itu bisa untuk meruqyah? Bagilah hadiah itu dan beri aku bagian.”
Rasulullah SAW bersabda, “Al Fatihah adalah obat dari segala penyakit.” (HR. Baihaqi).
Rasulullah SAW bersabda, “Al fatihah adalah obat untuk racun.”